Wednesday, April 27, 2011

JEMBATAN HIDUP

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.....

Dalam kehidupan kita ini paling tidak ada tiga macam pandangan hidup yang dianut oleh umat manusia di bumi Allah SWT ini :

1.  Mereka yang menganggap dunia sebagai tujuan hidup buat selama-lamanya.
2.  Mereka yang menganggap dunia laksana penjara.
3.  Mereka yang menganggap dunia sebagai jembatan.

Bertitik tolak dari pandangan yang pertaman, mereka bekerja dan berusaha hanya semata-mata untuk mencari kenikmatan dunia. Hampir nafasnya yang naik turun dipergunakannya untuk mencari dan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, uang dan harta, pangkat dan jabatan seakan-akan sudah cukup sebagai jaminan buat segala-galanya, bahkan sering dijadikan sebagai ukuran keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang.
Maka tak hayal kalau mendapatkannya iapun akan menggunakan segala macam cara meskipun dengan merugikan orang lain, memperkosa hak-hak orang lain bahkan ada yang sampai mengorbankan temannya sendiri. Hitungan halal atau haram tidak menjadi persoalan baginya, kepuasan syahwat menjadi tujuan, berbohong dan menipu menjadi kebiasaan hingga tak tersisa lagi lasa malu pada dirinya, dan dia berpikir serba pragmatis, bahwa ukuran kebenaran itu adalah yang nyata mamfaatnya untuk hari ini meskipun akan membuatnya sengsara di hari esok.
Inilah pandangan hidup orang yang mengejar materi atau materialistis, yang menyandarkan hidupnya hanya kepada materi atau benda seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Jatsiyah ayat 23 :

Artinya :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
 
Pandangan yang kedua, merupakan titik balik dari yang pertama, baginya dunia seakan-akan penjara yang membelenggu dan menyengsarakan diri. Karena syurga dan kenikmatan hanya akan dirasakan di akhirat kelak "Dunia adalah syurganya orang kafir dan penjaranya bagi orang yang beriman"  demikianlah pandangan mereka. Berdasarkan pandangan semacam ini timbul sikap statis dan apatis, malas bekerja dan menyerah kepada takdir. menurutnya yang penting beribadah dalam arti yang sempit seperti shalat, puasa, berdo'a atau berdzikir seharian tanpa harus diiringi dengan usaha. Iapun seakan-akan rela hidup menderita, akhirnya ia dan keluarganyasering menjadi beban bagi orang lain. Inilah dampak dari ajaran yang salah kaprah, lari dari kehidupan duniawi. 
Baik pandangan yang pertama maupun yang kedua itu sama-sama berada pada titik ekstrim, yang satu ekstrim kiri dan yang satu lagi eksrim kanan. Setiap sikap dan perilaku ekstrim cendrung membawa dampak negatif yang tentu saja merugikan.

Maka Islam selalu menawarkan jalan tengah diantara dua ekstrim, misalnya, sifat dermawan berada antara sifat kikir dan sifat boros, sifat berani berada pada sifat pengecut dan membabi buta. Dalam pandangan ajaran Islam, dunia bukanlah tujuan hidup namun bukan pula tempat memenjarakan diri, tapi dunia adalah ibarat jembatan yang dapat mengantarkan kita kepada kepada tujuan yang sebenarnya. Bila kita ingin selamat sampai tujuan, maka bangunlah jembatan itu sebaik-baiknya, tapi jangan lupa dan terlena sampai dijembatan itu saja, sebab betapapun indahnya sebuah jembatan, tidak ada orang yang mau tinggal diatas jembatan itu. Demikian pula ibarat kehidupan dunia yang hanya akan dilewati buat sementara waktu, laksana tempo antara adzan dan iqamat.

Karenanya Allah berfirman dal Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77 :
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
 
Harta harus kita cari karena melalui harta kita dapat berbuat kebajikan atau beramal shaleh. Ilmu perlu kita miliki karena dengan ilmu hidup menjadi medah. Kedudukan dan kekuasaan boleh kita raih karena dengan kekuasaan kita dapat menegakkan "amar ma'ruf nahyi munkar" sehingga memberikan kemaslahatan buat orang banyak, tapi perlu di ingat bahwa harta, ilmu dan kedudukan bukanlah segala-galanya. Ia hanya merupakan sarana untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat dalam rangka mencapai ridha Allah AWJ.
Diera sekarang yaitu era kebebasan demokrasi ini betapa banyak orang mengabaikan norma-norma susila, hukum dan agama demi memenuhi berbagai ambisinya. Hati nuraninya sempat terkalahkan oleh syahwat berkuasanya sehingga hilanglah rasa malunya untuk berbuat curang seperti korupsi, suap dan lain sebagainya.

Perlu kita simak pesan bijak dari Usman bin Afan, khalifah ketiga Rasulullah SAW :

"Bekerjalah kamu untuk mencari kebutuhan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamuanya, dan bekerjalah kamu untuk mencari kebutuhan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi"
 
Semoga bisa menjadi acuan dan pelajaran buat kita semua... Amin.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

No comments:

Post a Comment