Wednesday, April 27, 2011

JEMBATAN HIDUP

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.....

Dalam kehidupan kita ini paling tidak ada tiga macam pandangan hidup yang dianut oleh umat manusia di bumi Allah SWT ini :

1.  Mereka yang menganggap dunia sebagai tujuan hidup buat selama-lamanya.
2.  Mereka yang menganggap dunia laksana penjara.
3.  Mereka yang menganggap dunia sebagai jembatan.

Bertitik tolak dari pandangan yang pertaman, mereka bekerja dan berusaha hanya semata-mata untuk mencari kenikmatan dunia. Hampir nafasnya yang naik turun dipergunakannya untuk mencari dan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, uang dan harta, pangkat dan jabatan seakan-akan sudah cukup sebagai jaminan buat segala-galanya, bahkan sering dijadikan sebagai ukuran keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang.
Maka tak hayal kalau mendapatkannya iapun akan menggunakan segala macam cara meskipun dengan merugikan orang lain, memperkosa hak-hak orang lain bahkan ada yang sampai mengorbankan temannya sendiri. Hitungan halal atau haram tidak menjadi persoalan baginya, kepuasan syahwat menjadi tujuan, berbohong dan menipu menjadi kebiasaan hingga tak tersisa lagi lasa malu pada dirinya, dan dia berpikir serba pragmatis, bahwa ukuran kebenaran itu adalah yang nyata mamfaatnya untuk hari ini meskipun akan membuatnya sengsara di hari esok.
Inilah pandangan hidup orang yang mengejar materi atau materialistis, yang menyandarkan hidupnya hanya kepada materi atau benda seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Jatsiyah ayat 23 :

Artinya :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
 
Pandangan yang kedua, merupakan titik balik dari yang pertama, baginya dunia seakan-akan penjara yang membelenggu dan menyengsarakan diri. Karena syurga dan kenikmatan hanya akan dirasakan di akhirat kelak "Dunia adalah syurganya orang kafir dan penjaranya bagi orang yang beriman"  demikianlah pandangan mereka. Berdasarkan pandangan semacam ini timbul sikap statis dan apatis, malas bekerja dan menyerah kepada takdir. menurutnya yang penting beribadah dalam arti yang sempit seperti shalat, puasa, berdo'a atau berdzikir seharian tanpa harus diiringi dengan usaha. Iapun seakan-akan rela hidup menderita, akhirnya ia dan keluarganyasering menjadi beban bagi orang lain. Inilah dampak dari ajaran yang salah kaprah, lari dari kehidupan duniawi. 
Baik pandangan yang pertama maupun yang kedua itu sama-sama berada pada titik ekstrim, yang satu ekstrim kiri dan yang satu lagi eksrim kanan. Setiap sikap dan perilaku ekstrim cendrung membawa dampak negatif yang tentu saja merugikan.

Maka Islam selalu menawarkan jalan tengah diantara dua ekstrim, misalnya, sifat dermawan berada antara sifat kikir dan sifat boros, sifat berani berada pada sifat pengecut dan membabi buta. Dalam pandangan ajaran Islam, dunia bukanlah tujuan hidup namun bukan pula tempat memenjarakan diri, tapi dunia adalah ibarat jembatan yang dapat mengantarkan kita kepada kepada tujuan yang sebenarnya. Bila kita ingin selamat sampai tujuan, maka bangunlah jembatan itu sebaik-baiknya, tapi jangan lupa dan terlena sampai dijembatan itu saja, sebab betapapun indahnya sebuah jembatan, tidak ada orang yang mau tinggal diatas jembatan itu. Demikian pula ibarat kehidupan dunia yang hanya akan dilewati buat sementara waktu, laksana tempo antara adzan dan iqamat.

Karenanya Allah berfirman dal Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77 :
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
 
Harta harus kita cari karena melalui harta kita dapat berbuat kebajikan atau beramal shaleh. Ilmu perlu kita miliki karena dengan ilmu hidup menjadi medah. Kedudukan dan kekuasaan boleh kita raih karena dengan kekuasaan kita dapat menegakkan "amar ma'ruf nahyi munkar" sehingga memberikan kemaslahatan buat orang banyak, tapi perlu di ingat bahwa harta, ilmu dan kedudukan bukanlah segala-galanya. Ia hanya merupakan sarana untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat dalam rangka mencapai ridha Allah AWJ.
Diera sekarang yaitu era kebebasan demokrasi ini betapa banyak orang mengabaikan norma-norma susila, hukum dan agama demi memenuhi berbagai ambisinya. Hati nuraninya sempat terkalahkan oleh syahwat berkuasanya sehingga hilanglah rasa malunya untuk berbuat curang seperti korupsi, suap dan lain sebagainya.

Perlu kita simak pesan bijak dari Usman bin Afan, khalifah ketiga Rasulullah SAW :

"Bekerjalah kamu untuk mencari kebutuhan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamuanya, dan bekerjalah kamu untuk mencari kebutuhan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi"
 
Semoga bisa menjadi acuan dan pelajaran buat kita semua... Amin.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Monday, April 25, 2011

"I S T I D R A J"







Istidraj yang artinya adalah "menarik secara berangsur-angsur ke arah kebinasaan atau kepunahan", maka istidraj itu berisikan tentang perencanaan Allah AWJ untuk memberi azab (siksaan) yang sangat dahsat dan pedih dengan cara berangsur-angsur atau perlahan-lahan namun pasti, sebagai hukuman terhadap manusia yang mendustkan ayat-ayat Allah (Al Qur'an).

Istidraj atau ancaman dari Allah SWT ini hanya ditemukan dalam surat  Al-A'raaf ayat 182-183  :
 Artinya :
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
 
Surat Al-Qalam ayat 44-45.
Artinya :
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.


Secara umum manusia yang mendustakan ayat-ayat Allah tersebut ada dua golongan :

1. Orang-orang yang mendustkan Al Qur'an karena sama sekali mereka tidak membenarkan atau mereka yang tidak beriman.
2.  Orang-orang yang mendustakan karena mengingkari atau tidak mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Qur'an, meskipun telah membenarkan atau beriman kepadanya.
Umat Islam yang mendustkan ayat-ayat Allah SWT atau Al Qur'an adalah kelompok orang-orang munafiq yang pola kehidupannya (hati, pikiran dan perbuatan) bertentangan dengan Al Qur'an. Mereka lah orang-orang yang tidak mau berhukum kepada Al Qur'an, mereka hanya menjadikan Al Qur'an sebagai bahan olok-olokan, karena mereka gemar berbuat dosa, maksiat dan gemar berbuat kerusakan serta kedzaliman.
Sabda Rasulullah SAW :
"Bersegeralah kalian untuk mengerjakan aamal-amal shalih, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seseorang diwaktu pagi dia beriman, tetapi diwaktu sore hari dia kafir. Ada juga orang yang disore hari beriman, tetapi diwaktu pagi hari dia sudah menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya dengan sedikit keuntungan dunia". [HR. Muslim].

Mereka orang-orang yang tidak takut akan ancaman (azab) Allah AWJ, sehingga mereka berani mendustakan ayat-ayat-Nya. Mereka ini hamba-hamba Allah yang masuk dalam perangkap istidraj. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya Allah telah menyusun suatu rencana untuk menggiring (menarik) mereka secara berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan siksaan yang sangat menggerikan.

Mufasir Sayyid Quthub dalam tafsirnya "Fi Zhilalil Qur'an" mengungkapkan bahwa istidraj ini adalah seburuk-buruk ancaman dan kecaman Allah kepada orang yang terperangkap dalam kebinasaan yang sama sekali tidak disadarinya, maka ia telah terjebak dalam perangkap. Untuk sementara, mereka menyangka bahwa Allah masih menyayangi mereka, karena mereka terus menerus mendapat curahan nikmat dan rezki. Bahkan nikmat dan rizki yang mereka peroleh makin hari kian bertambah, meskipun mereka senantiasa mendustkan ayat-ayat Allah AWJ.

Di dunia ini, Allah menurunkan bencana dalam berbagai bentuk seperti yang pernah dialami oleh umat Nabi Nuh, kaum 'Aad, kaum Tsamud, Fir'aun, Qarun, penduduk negeri Maydya dan Saba'. Bahkan tidak ada salahnya kita mengenang kembali kisah-kisah bencana yang pernah diturunkan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, apakah itu merupakan bencana alam biasa atau itu adalah istidraj?

Di akhirat, Allah telah menjanjikan bahwa seluruh manusia yang mendustkan ayat-ayat-Nya (munafiq) akan dikumpulkan pada suatu tempat yang bernama "jahanam".
Dalam firman Allah SWT surat An Nisaa' ayat 140 :
Artinya :
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. 
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,

Ayat diatas adalah sebagai rujukan bahwa dalam pandangan Allah, orang-orang munafiq dan orang-orang kafir itu sama saja. Hal ini dapat kita lihat dari perbuatan yang mereka lakukan yaitu mendustakan ayat-ayat Allah dan kesamaan ganjaran atau balasan yang mereka terima di akhirat adalah neraka jahanam.

Selain ancaman kebinasaan di dunia dan akhirat, mereka juga mendapat penghinaan yang paling rendah, dan buruk yaitu derajat mereka disamakan dengan "anjing".

Firman Allah dalam surat Al A'raaf : 176-177 :

Artinya :
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Marilah kita ambil hikmanya dari peringatan-peringatan Allah AWJ tersebut diatas, agar kita terhindar dari segala azab-Nya baik di dunia maupun di akhirat.

Waladzikrullahi Akbar.

Sunday, April 24, 2011

"AMANAH DALAM HIDUP"

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu.

Sangatlah beruntung orang yang amanah, karena orang yang amanah mempunyai banyak kelebihan dan keutamaan baik dalam pergaulan sesama manusia maupun dalam pandangan Allah SWT. 
Apakah pengertian AMANAH itu ?. Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata Iman. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman, semakin menipis keimanan seseorang makin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat sekali.
Sabda Rasulullah SAW : Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama orang-orang yang tidak menepati janji. [HR> Ahmad]

Amanah dalam dalam pengertian yang sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam pengertian yang luas, amanah mencakup banyak hal yakni : menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang dipikulkan Allah kepada umat manusia.
Dalam Al Qur'a, disebutkan amanah (amanah taqlif). Amanah taqlif inilah yang paling berat dan besar, seperti langit, buki, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, lautan dan pohon yang lainnya, tidak sanggup memikulnya. Lalu manusia karena kelebiah yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya berupa akal pikiran, perasaan, kehendak dan lain sebagainya mau menanggungnya. 
Dari pengertian amanah tersebut diatas dapat kita kemikakan beberapa bentuk amanah sebagai berikut :


1.  Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.

Apabila seorang Muslim dititipakan oleh orang lain, misalnya barang berharga, karena yang bersangkutan akan berpergian jauh, maka titipan itu harus dipelihara dengan baik dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya utuh seperti semula, dalam halini Allah SWT berfirman. :


Artinya : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". [QS. An - Nisa 58].


2. Menjaga Rahasia.

Apabila seseorang dipercaya untuk menjaga rahasia apakah rahasia itu pribadi, keluarga, organisasi atau rahasia lainnya, sipenerima amanah wajib menjaga supay tidak bocor kepada orang lain yang tidak berhak untuk mengetahuinya. Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita, itulah amanah yang harus dijaga.


Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Apabila sesorang membicarakan sesuatu kepada orang lain sambil menoleh kekanan dan kekiri (karena yang dibicarakannya itu rahasia) maka itulah amanah yang harus dijaga". [HR. Abu Daud].


Dalam senbuah keluarga, suami istri harus menjaga rahasia keluarga, lebih-lebih lagi rahasia pribadi. Masing-masing tidak boleh membeberkan rahasia pribadi keluarga kepada orang lain kecuali bialang hal itu di angga perlu ( misalnya ke dokter, penasehat perkawinan atau hakim pengadilan) untuk tujuan yang sesuai dengan bidang tugas mereka masing-masing.


Sabda Rasulullah SAW yang artinya : Sesungguhnya amanah yang paling besar disisi Allah pada hari qiyamat ialah menyeberkan rashasia isteri, misalnya seorang laki-laki bersetubuh dengan isterinya kemudian ia membicarakan kepada orang lain tentang rahasia isterinya". [HR, Muslim]


3.  Tidak menyalah gunakan jabatan. 

Jabatan adalah amanah yang wajib dijaga. Segala bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, famili atau kelompoknya termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah. Misalnya menerima hadiah, komisi atau apa saja yang tidak halal, dalam hal ini Rasulullah SAW menegaskan yang artinya : "Barang siapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu dan kami beri upah yang semestinya, maka yang diambilnya sesudah itu (selain upah) namanya korupsi". [HR. Abu Dawud]. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak membenarkan tindakan Ibnu Luthbiyah mengambil hadiak yang didapatnya waktu sedang menjalankan tugas, mengumpulkan zakat sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya : "Dengan wewenang yang diberikan Allah SWT kepadaku, aku mengakat seseorang diantara kalian untuk melaksanakan tugas, (tetapi) dia datang melapor, "Jika ia duduk saja dirumah bapak dan ibunya, apakah hadiah itu datang dengan sendiri kepadanya, kalau barang itu memang sebagai hadiah ?.  Demi Allah seseorang tidak mengambil suatu yang bukan haknya, melainkan ia menghadap Allah nantinya pada hari kiamat dengan membawa beban yang berat dari benda itu". [HR Muttafaqun 'Alaih]
4.  Menunaikan kewajiban dengan baik.

Allah SWT  memikulkan keatas pundak manusia tugas yang wajib dia laksanakan, baik hubungan dengan Allah SWT maupun hubungan sesama manusia dan mahklik lainnya, tugas seperti itu disebut taklif, manusia yang ditugasi disebut mukallaf dan amanahnya disebut Amanah Taklif. 
Amanah inilah yang secara metamorfosis digambarkan Allah SWT tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi serta gunung-gunung karena beratnya, tetapi manusia bersedia mamikulnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur'an :

Artinya :
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh". [QS. Al-Ahzab : 72].

5.  Memelihara semua yang diberikan Allah AWJ.
Semua nikmat yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia adalan amanah yang harus dijaga dan dimamfaatkan dengan baik. Umur, kesehatan, harta benda, ilmu dan lain sebagainya termasuk anak-anak adalah amanah yang wajib dipelihara dan dipertanggungjawabkan.
Dengan kita menjalankan lima bentuk amanah tersebut diatas insyaAllah kita akan bisa menjalani kehidupan ini dengan optimis baik dlam bertindak maupun dalam ihktiar khususnya ketika kita memohon kepada Allah AWJ.

Semoga Allah AWJ senantiasa menggolongkan kita kepada orang yang amanah..... "Amin ya Rabb".

Wassalamu'alakum waarahmatullahi waabarakatuhu.

Friday, April 22, 2011

PENGATURAN ALLAH. SWT



Assalamualaikum. Wr. Wb

Al Quran mengatakan bahwa umat Islam merupakan umatan washatan, yaitu umat pertengahan. Supaya mereka bersaksi atas manusia, dan supaya Rasul menjadi saksi atas mereka (Al Baqarah,143).


Artinya :
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Sebagai umat pertengahan mereka melihat segala sesuatu di alam ini sesuai dengan patutnya atau menurut hukum yang lazim. Gejala-gejala alam seperti siang-malam, gerhana, halilintar, topan dan badai diatur oleh Penciptanya berdasarkan hukum-hukum tidak berubah yang disebut sunnatullah. Semuanya berjalan mengikuti ketentuan-ketentuan pasti yang dapat dimamfaatkan oleh manusia untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengaturan hidupnya.
Al-Quran menegaskan, Surat Yunus ayat, 5

Artinya :
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui”

dalam surat Yasiin ayat 40 disebutkan juga,

Artinya :
 “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masig beredar pada garisnya

Dengan adanya hukum tidak berubah yang mengatur benda-benda angkasa, orang dapat menghitung detik, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Setahun pasti terdiri dari duabelas bulan dan satu bulan terdiri dari tiga puluh atau duapuluh sembilan hari, bila menggunakan system bulan (lunar system). Dari perhitungan hari dan bulan dapat pula dihitung jumlah minggu dalam setahun atau sebulan dan jumlah hari dalam seminggu.

Surat At taubah ayat 36

Artinya :
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah duabelas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”          

Bulan-bulan suci dalam tradisi Islam adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini umat Islam di didik untuk menghentikan permusuhan, pertumpahan darah dan semua tradisi buruk agar mereka menjadi orang yang baik sepanjang tahun.

Diantara maksud pengadaan system tata surya adalah agar manusia agar dapat membuat kalender, baik berdasarkan perjalanan matahari (kalender masehi). Benda-benda angkasa ini merupakan benda-benda mati yang diciptakan oleh Allah SWT, dan perjalanannya tidak dapat mempengaruhi nasib manusia dimuka bumi. Gerhana bulan atau matahari, bulan sabit, atau bulan purnama, meteor dan lainnya, tidak mempengaruhi tempramen, nasib, peruntungan dan jalan hidup manusia. Orang dapat mengandalkan  astronomi karena ilmu ini berdasarkan perhitungan pasti sesuai dengan hukum-hukum tidak berubah, tetapi tidak dapat mengandalkan astrologi karena ilmu ini berdasarkan tahayul dan perkiraan-perkiraan tidak masuk akal. Karena itu agama yang benar mengajarkan untuk tidak mencari petunjuk kepada benda-benda ciptaan Allah SWT apalagi menyembahnya.
Firman Allah surat Fushshilat, ayat37;

Artinya ;
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah SWT yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah

Ibarat bulan atau matahari yang timbul tenggelam, kehidupan  manusia juga datang silih berganti. Ia lahir, tumbuh menjadi remaja dan dewasa, lalu mencapai usia tua, dan akhirnya meninggal dunia. Kehidupan yang datang silih berganti itu telah berlaku sejak manusia pertama diciptakan menjadi khalifah dimuka bumi ini. Karena itu, tidak pada tempatnya manusia berfikir untuk hidup abadi. Kehidupan makhluk pasti mempunyai awal dan akhir. Hanya Pemberi Hidup Maha Pencipta saja yang tidak berawal dan tidak berakhir.

Agar damai dan bahagia dalam hidupnya, manusia harus mengikuti aturan. Kehidupan benda-benda angkasa berjalan dengan mulus tanpa bentrokan, karena semuanya berjalan sesuai denga aturan yang ditetapkan Allah SWT dalam hokum-Nya yang tidak berubah.

Bila saatnya sudah datang, Allah Yang Maha Tahu akan mengacaukan aturan itu menurut kendak-Nya. Bulan, semua planet, bintang dan system tata surya akan kacau dan saling bertabrakan. Kejadian ini disebut dengan hari kiamat. Hari kehancuran ini pasti akan datang di akhir zaman untuk menandai dimulainya kehidupan akhirat. Sebelum hari kehancuran yang maha hebat itu datang, manusia sebagai individu atau masyarakat akan mengalami kehancuran ata kiamat kecil, bila ia tidak memperhatikan aturan dan perimbangan.
Untuk hidup normal, manusia harus hidup alami dan mematuhi pengaturan Allah SWT. Kehidupan yang tidak alami dan tidak islami tidak sesuai dengan fitrah kejadian manusia.

Semoga kita semua selalu dilimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya. Amin.

Wassalam
ABANG BILLY

"BERBUAT BAIK PADA ORANG TUA"


BERBUAT BAIK PADA ORANG TUA


Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. Lalu bertanya, Siapa orang yang paling berhak memperoleh kebaktian?, Rasulullah Saw. Menjawab, “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi, lalu siapa? Rasulullah Saw. Menjawab, “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi, Orang itu bertanya lagi lalu siapa? Rasulullah Saw. Menjawab, “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi kemudian siapa? Rasulullah Saw. Menjawab, “Kemudian Ayahmu”

Dari hadis diatas maka dapat kita simpulkan bahwa orang yang paling utama kita hormati di atas dunia ini adalah ibu kita sendiri, ibu yang mengandung kita, melahirkan dan membesarkan kita. Bagi kita yang orang tuanya masih hidup, mari kita berpacu-pacu untuk dapat membahgiakan mereka agar mendapatkan  ridho dari mereka, karena ridho mereka juga ridho Allah SWT.

Rasulullah Saw. Bersabda, “Rugi besar dia. Rugi besar dia. Rugi besar dia”. Ditanyakan oleh sahabat, “Siapa dia ya Rasulullah?. Beliau menjawab, “Orang yang pada usia dewasa mempunyai kedua orang tua yang masih hidup, baik salah satu atau keduanya, tapi kemudian orang itu tidak masuk surga”. Dalam hadis ini dapat kita simpulkan bahwa, “dengan berbakti kepada orang tua maka seseorang akan masuk surga. Kalau orang tuanya masih hidup tetapi sesorang tidak masuk surga berarti dia tidak berbakti kepada orang tuanya.

Sorang anak hendaknya harus mencoba menjadi anak yang berbakti dan  menghormati orang tua apalagi saat ini kita masih memiliki orang tua yang sehat,   bak  pepatah yang pernah kita dengar mengatakan “ Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan”, tidak salah rasanya apabila sebahagian saja  dari hidup kita ini berbakti kepada orang tua, maka bahagiakanlah orang tua kita mulai dari sekarang.



Ada cerita pada zaman Rasulullah Saw. yang diriwayatkan dalam hadis dengan judul “Mendahulukan bakti kepada kedua orang tua dari pada ibadah sunat”

Nabi Swa., beliau bersabda: Bayi yang masih dalam buaian tidak ada yang bisa berbicara kecuali ada tiga :1) Bayi Isa bin Maryan, 2) bayi dalam kasus Juraij.

Juraij adalah laki-laki yang rajin beribadah. Dia membangun tempat peribadatan dan di senantiasa disitu.  Ketika dia sedang melakukan salat sunat, dia didatangi oleh ibunya. Ibunya memanggil, “Hai Juraij!” Kata Juraij, “Ya Tuhan, ibuku ataukah salatku? Kemudian dia meneruskan salatnya,  sehingga ibunya pergi meninggalkan dia, ke esokan harinya ibunya mendatanginya lagi ketika dia sedang melakukan salat sunat, lalu ibunya memanggil, “Hai Juraij!” Kata Juraij”Ya Tuhan, ibuku ataukah salatku!” Kemudian dia meneruskan salatnya,  sehingga ibunya pergi kembali meninggalkan dia, pada ke esokan harinya lagi ketika dia sedang melakukan salat sunat dia didatangi oleh ibunya lagi, ibunya memanggil, “Hai Juraij!” Kata Juraij”Ya Tuhan, ibuku ataukah salatku!” Dia kemudian meneruskan salatnya, lalu ibunya mengatakan, “ Ya Allah, janganlah engkau mematikannya sebelum dia terfitnah oleh perempuan pelacur!”.

Pada zaman itu Bani Israil sering menyebut-nyebut Juraij karena ibadahnya, lalu ada seorang perempuan pelacur yang sangat cantik mengatakan, “Kalau kalian menginginkan, aku akan memfitnah Juraij demi kalian.”

Sabda Rasulullah Saw. Selanjutnya; Pelacur itu menggoda Juraij, tetapi dia tidak mempedulikannya. Kemudia pelacur itu mendatangi laki-laki penggembala yang berlindung ditempat peribadatan Juraij, sehingga dia berhasil memikatnya, kemudia laki-laki itu berzina dengannya, lalu perempuan itu hamil. Setelah melahirkan, pelacur itu mengatakan. “Ini akibat perbuatan Juraij.” Maka orang itu menggerebek Juraij dan merusak tempat peribadatannya bahkan juga memukuli Juraij. Juraij bertanya, “Mengapa kalian lakukan ini?” Mereka menjawab, “Karena kamu telah berzina dengan pelacur ini sehingga dia melahirkan anak akibat perbuatanmu.” Juraij bertanya, “Mana Bayi itu?” Mereka me,mbawa bayi itu, lalu juraij memohon, “Izinkan aku malakukan salat!” lantas pada saat itu Juraij melakukan salat. Setelah salat, dia mendekati bayi itu lalu dia menusukan jarinya pada perut bayi itu. Juraij bertanya “Hai anak kecil, siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab “Si Fulan, seorang penggembala.”

“Kutipan dari Hadis Shahih Muslim”

Wednesday, April 20, 2011

"SILATURAHIM"

Firman Allah SWT.

وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).

Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan, sabda Rasulullah SAW, adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan" (HR Ibnu Majah).

Silaturahmi tidak sekadar bersentuhan tangan atau memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari itu semua, yaitu aspek mental dan keluasan hati. Hal ini sesuai dengan asal kata silaturahmi itu sendiri, yaitu shilat atau washl, yang berarti menyambungkan atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang.

Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa silaturahmi tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh, namun harus melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi bahasa tubuh dan bahasa hati, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih bermutu daripada yang dilakukan orang lain pada kita.

Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita atau seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang sebenarnya.

Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim).

Dari sini terlihat jelas, betapa pentingnya menyambungkan tali silaturahmi dan memperkuat nilai persaudaraan tersebut. Betapa tidak! Dengan silaturahmi maka akan terjalin rasa kasih sayang dengan sesama manusia, bahkan dengan makhluk Allah SWT lainnya. Bila ini terjadi maka rahmat dan kasih sayang Allah pun akan turun dan menaungi hidup kita.

Tapi sebaliknya, rahmat dan kasih sayang Allah SWT akan menjauh bila tali silaturahmi sudah terputus di antara kita. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya rahmat Allah  SWT tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamya ada orang yang memutuskan tali persaudaraan".

Seorang sahabat yang bernama Abu Awfa pernah bekisah. Ketika itu, kata Abu Awfa, kami berkumpul dengan Rasulullah SAW. Tiba-tiba beliau bersabda, "Jangan duduk bersamaku hari ini orang yang memutuskan tali silaturahmi". Setelah itu seorang pemuda berdiri dan meninggalkan majelis Rasul. Rupanya sudah lama ia memendam permusuhan dengan bibinya. Ia segera meminta maaf kepada bibinya tersebut, dan bibinya pun memaafkannya. Ia pun kembali ke majelis Rasulullah SAW dengan hati yang lapang.

Sahabat, bagaimana mungkin hidup kita akan tenang kalau di dalam hati masih tersimpan kebencian dan rasa permusuhan. Perhatikan keluarga kita, kaum yang paling kecil di masyarakat. Bila di dalamnya ada beberapa orang saja yang sudah tidak saling tegur sapa, saling menjauhi, apalagi kalau di belakang sudah saling menohok dan memfitnah, maka rahmat Allah SWT akan di jauhkan dari rumah tersebut.
Dalam skala yang lebih luas, dalam lingkup sebuah negara. Bila di dalamnya sudah ada kelompok yang saling jegal, saling fitnah, atau saling menjatuhkan, maka dikhawatirkan bangsa tersebut akan semakin jauh dari rahmat dan pertolongan Allah SWT.

Dari sini bisa kita pahami kenapa Rasul tidak menoleransi sekecil apapun perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, sebab prasangka itu sedusta-dustanya cerita. Jangan pula menyelidiki, mematai-matai, dan menjerumuskan orang lain. Dan janganlah saling menghasud, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian sebagai hamba Allah SWT yang bersaudara" (HR Bukhari Muslim).

Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. Dengan terhubungnya silaturahmi, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan baik. Ini sangat penting. Sebab, bagaimana pun besarnya umat Islam secara kuantitatif, sama sekali tidak ada artinya, laksana buih di lautan yang mudah diombang-ambing gelombang, bila di dalamnya tidak ada persatuan dan kerja sama untuk taat kepada Allah AWJ.
Wallahu a'lam bish-shawab.